Skip to main content

Tentang Film: 99 Cahaya di Langit Eropa (Hai masalah besar, aku punya Tuhan yang lebih besar!)

Judulnya terlalu biasa ya?

Mau bagaimana lagi, saya rasa judul inilah yang akan saya ceritakan kali ini. Tentu kalian sudah pernah mendengar kata-kata diatas. Ya, itulah judul film yang pernah menghiasi Indonesia, khususnya bagi orang muslim yang ingin menyaksikan film ini.

Awalnya saya kurang berminat. Alasannya sangat klasik. Saya malas membuang uang untuk menonton film seperti itu. Terkesan sarkastikkah?

Beberapa hari yang lalu, Adik saya menanyakan pada saya. "Teh punya film islami ga?" Kebetulan dia sedang mengikuti 'Pesantren Kilat' di SMPnya. Karena kebetulan aku tidak mengoleksi film seperti itu, maka ku suruh ia membeli kaset. Memang sih sayang uangnya, lebih baik mendownload. Tapi aku sedang malas karena ada target menulis untuk bulan depan.

Akhirnya adikku membawa pulang kaset 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan part 2. Dia memaksa agar aku menonton bersamanya, tapi Aku sedang ada target menulis, jadi aku tolak ajakkannya.

Esok harinya dia bercerita panjang lebar mengenai film itu. Aku fikir, "Ini anak alay juga, memang apa bagusnya sih. Paling tentang Eropa terus pemeran utama jadi islam."

Tapi sore ini, anggapan itu aku telan pahit-pahit. Film ini benar-benar patut di tonton oleh semua kalangan, khususnya orang muslim. Memang kesannya membosankan, pasti hanya tentang Eropa dan segala kemegahannya. Yang seketika membuat kita iri ingin ke sana.

Film ini mempunyai daya tarik sendiri bagiku. Akhir-akhri ini aku sedang malas menonton Film. Mau itu Anime, film action, drama, ataupun kartun seperti 'Larva' yang biasanya sukses membuat moodku membaik. Tapi Film ini berhasil membuatku duduk diam hingga malam dan menyelesaikan semuanya.

Aku bukan seseorang yang bisa menceritakan sepenuhnya tentang jalan cerita film ini. Aku juga tidak akan menjelaskan film ini bagaimana. Tapi Aku akan menyampaikan makna yang kudapat dari film ini.

Sumber gambar: http://assets.kompas.com/data/photo/2013/11/30/035113199-Cahaya-di-Langit-Eropa-pic780x390.jpg


Kalian tahu, "Islam bukan hanya tentang jalan yang kita pilih. Tapi juga tentang jejak yang kita tinggalkan." itu kata-kata yang terdapat dalam film di atas.

Akan aku awali dengan seorang anak kecil yang tidak melepas jilbabnya walaupun dihina. Hal itu membuatku mengunci niat untuk membuka jilbab ketika kuliah nanti. Jilbab itu mahkota perempuan, karya seni yang melindungi perempuan. Karena islam bukan simbol, islam adalah karya seni yang indah.

Anak kecil itu berkata, "Hai masalah besar, Aku punya Tuhan yang lebih besar". Entah kenapa aku merinding ketika mendengar kata-kata tersebut. Kebetulan aku sedang dirundung beberapa masalah akhir-akhir ini. Malah sempat menyerah dan memilih melarikan diri. Tapi seketika semangatku muncul kembali. Allah selalu tahu cara membangkitkan hambanya dari keterpurukan.

Kejadian lain dalam film ini yang membuatku geleng-geleng kepala adalah ketika agama dihina, mereka malah menyambut sang penghina tadi dengan membayar makanannya. Saat itulah damai tercipta. Ketika islam di kucilkan, kita sebagai orang islam tidak berhak marah, karena setiap manusia punya pemikiran yang luas mengenai segala hal. Tugas kita adalah MENUNJUKKAN pada mereka (yang menghina) bahwa islam ramah dan lebih baik dari yang mereka fikirkan.

Hidup ini pahit, keras, tapi tak sepatutnya kita menjadi kopi ataupun tembok. Jadilah sejernih butiran gula pasir dan setenang air yang menetes. Maka semua kesulitan akan membaik seiring berjalannya waktu.

Islam bukan simbol. Tapi karya seni indah yang universal.

Ada makna tersendiri yang terkandung dalam film itu. Ada sesuatu yang membuat kita bertanya, 'Masa sih?' 'Kok bisa?'. Silahkan ditonton untuk pelajaran yang lebih bermakna lagi.

Sekian coretan hari ini, semoga bermanfaat bagi kalian yang membacanya.

See you next post^^

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Gambar #2 (Realis)

Kali ini saya lagi belajar gambar realis.. Gaya aja ya saya tuh, baru bisa ngarsir udah mau coba-coba realis.. ehehe Mereka berdua ini sahabat-sahabar saya yang punya hobi sama kayak saya, yaitu menggambar, desain, dan yang berbau seni. Kalo ga ada mereka, mungkin saya ga akan mulai menggambar lagi  setelah vakum belajar gambar dari kelas 6sd. Gimana menurut kalian? ini gambar kayak manusia bukan? maklum ini gambar pertama dan kedua belajar realis. Mau liat sama foto aslinya? nih dibawah Ini adalah gambar pertama saya belajar gambar realis. Modelnya sahabat saya namanya Chintia Mega Kusuma. Kalo saya manggilnya Ci .. soalnya kalo manggil Chin nanti dikira banci :3 ehehe... Nah yang diatas ini adalah gambar kedua yang saya buat. Bisa liat kan perbedaannya. Dia juga sahabat saya yang gemar fotografi, namanya Fina Listiana. Kalo ga ada dia mungkin saya ga akan bisa belajar gambar kayak sekarang. Kedua gambar tadi adalah awal dari mimpi saya. Anda bisa kuliah di ju...

Anak Kecil

Seseorang pernah berkata, " ketika anak kecil melakukan kesalahan, itu bukan sifat aslinya ". Anak-anak belajar dari lingkungan sekitar, hal-hal yang ia lihat dan apa yang diajarkan kepadanya. Jadi ketika kita melihat seorang anak berperilaku buruk, yakinlah bahwa perilaku ataupun sifat itu mungkin bukan sifat aslinya. Ia masih dapat diajarkan dan dituntun ke jalan yang benar. Terimakasih Umi dan Abah telah mengajarkan hal ini pada kami dan percaya pada anak kecil yang nakal itu .

Who Are You?

Let's see, can you answer my question? WHO ARE YOU? Yes, who are you, me and the other people in the word?  Ada satu kenyataan mutlak yang sering kali kita lewatkan di dunia ini, yaitu untuk tahu siapa diri kita sebenarnya . Kita lupa akan hal itu karena kita selalu melihat keluar jendela. Diluar sana terlihat lebih terang dan menyenangkan. Tapi lebih dari itu, hal menyenangkan terkadang butuh untuk diciptakan, disadari dan juga dijaga.  Kita berharga, lebih dari yang kita tahu. Kita pemenang sejati yang berhasil mengalahkan jutaan sel sperma lainnya. Kita yang berhasil terlahir kedunia ialah pemenang. Jangan pernah takut berbeda, jangan pernah takut menjadi diri sendiri, seberapa freaknya orang memandang kita.