Skip to main content

You Raise Me Up, Mom

Sebelum atau sambil baca coretan ini mungkin kalian bisa dengerin dulu lagu dari Westlife dengan judul yang sama seperti judul coretan ini.


20 tahun yang lalu gua lahir, di tengah kondisi negara yang tidak stabil. Itu salah satu perjuangan tersendiri buat orangtua gua, apalagi dari segi biaya dan kondisi sekitar yang sulit untuk kemana-mana. Tapi Alhamdulillah Allah ngizinin gua lahir dan lihat semua ciptaannya ini hingga saat ini dan seterusnya, Aamiin.

16 atau 15 tahun yang lalu, gua mulai takut memandang dunia, terutama sekitar gua. Semua orang seakan memberi gua punggung mereka. Kalau gua inget-inget, pemandangannya suram, abu-abu, gelap, menakutkan. Bahkan gua takut masuk sekolah. Gua cuma mau di rumah, meluk mamah.

Beberapa tahun kemudian, gua mulai tahu caranya agar dunia gua gak semenakutkan sebelumnya, yaitu saat gua mengenal teman. Ketika gua pindah ke sebuah permukiman Kepongpong, tempat banyak orang hebat berkembang. Sekolah, main, jajan, belajar hal baru, semua gua kenal di tempat kecil itu. Perbatasan antara kota dan kabupaten yang menurut gua keren.

Sekarang gua berjalan diatas mimpi-mimpi yang dulu cuma ada di kepala gua dan sekarang ada di depan mata. Masing mengejar mimpi-mimpi yang setiap hari terlintas di imajinasi, masih berusaha mewujudkan yang belum ada di depan mata. Dan semua ini adalah hal terindah, semua hal yang terjadi di kehidupan gua adalah hadiah terindah yang Allah kasih untuk gua, pembelajaran yang ia berikan untuk pendosanya ini yang suka lupa diri.

Percayalah mungkin kalian akan menganggap tulisan ini gak penting bagi hidup kalian. Ya, ini tentang gua, tentang semua yang udah gua laluin hingga saat ini, lebih tepatnya tentang seseorang yang udah berjuang mati-matian demi gua bertahan hidup. Jadi silahkan berhenti sebelum kalian menyesal. Tapi alangkah baiknya jika kalian membaca ini dan pesan gua tersampaikan. It's your choice, and don't say I didn't warn you. 
Hidup gua gak berjalan lurus, karena kalau lurus gua mati. Detak jantung selalu digambarkan naik turun, jika lurus sama dengan selesai. Begitu juga hidup, naik turun adalah hal wajar. Naik berarti harus siap untuk lintasan turun, harus hati-hati, jangan terburu-buru apalagi ceroboh.

Turunan selalu menekan kita kebawah, membuat kita ingin menyerahkan diri dan menggelinding dengan bodoh, pasrah. Tapi itu hanya mempercepat kita mencapai dan menyakiti diri sendiri bukan? Jika sudah begitu kita tidak punya cukup tenaga dan semangat untuk melanjutkan lintasan selanjutnya. Maka dari itu, bertahanlah saat turun, hati-hati, hanya itu yang bisa kita lakukan. Agar setelahnya, setelah di bawah, kita dapat kembali melanjutkan lintasan selanjutnya. Berusaha ke atas lagi. Dan prosesnya juga tidak mudah, menanjak juga membuat kita tertarik ke bawah, seakan ingin menyerahkan diri lagi dan membiarkan kita kembali ke bawah. Kejadiannya akan sama seperti yang gua jelaskan sebelumnya kalau kita menyerah. Itulah pola kehidupan, biarkan berlalu, hadapi saat ini sebaik mungkin. Buat harapan untuk masa depan. Dan belajarlah dari masa lalu.

Gua cuma penakut yang gak berani bilang "engga". Hal yang gua lakukan selalu membuat orang ingin menindas gua lagi dan lagi. Dunia ini kejam,  tapi selalu ada matahari sehabis malam. Bahkan bulan, yang menerangi malam, mendapatkan cahaya dari matahari. Like my mom.


Matahari itu kayak mamah, bagi gua. Penyemangat nyata yang gak pernah pudar apalagi menyerah. Dia mungkin bukan orang hebat di mata oranglain. Tapi gua sadar, dia yang terbaik bagi kami di sekelilingnya. Kalau dia nyerah kami selesai. Bisa dibilang gitu. Tapi Allah selalu kasih dia dan kami kekuatan. Mungkin mamah memang orang yang menyebalkan bagi beberapa orang yang pernah mengenalnya, tapi kata Allah dia adalah yang terbaik bagi kami, maka dari itu Ia kirimkan mamah untuk kami.

Bukan hanya mamah, tapi semua orang di sekitar gua, terutama keluarga tercinta. Ya walaupun sering menyebalkan, tapi secara gak sengaja mereka mengajarkan gua banyak hal. Membuat gua terbiasa hingga bisa survive sampai sekarang, sampai gua ada di posisi saat ini. Posisi memperjuangkan mimpi yang akan aneh di pandangan sebagian orang. Tapi gua selalu percaya, Nothing is impossible for Allah, and I know Allah will always help and protect me with my parents and all around us.


Gua menjalani kehidupan Taman Kanak-kanak dengan ketakutan, singkatnya korban bullying. Setiap hari, gak pernah gua tenang. Selalu takut anak-anak nakal itu bakal ngehadang gua bermain, ngerebut mainan gua, hingga narik gua ke kamar mandi sekolah dan injek kaki gua sampai gua nangis. Untungnya mereka gak mukul badan atau kepala gua. It's real, gua ketakutan setiap hari. Gua bahkan membenci sekolah, gak mau belajar. Untungnya jaman itu gak ada PR. Di masa-masa gelap itu gua gak punya teman, semua ngejauhin gua. Gua gak tau salah gua apa sama kelompok anak TK menyebalkan itu, tapi setiap kali ada yang berteman sama gua, otomatis mereka kerjain juga. That's why semau ngejauhin gua. Saat itu mamah bilang, "Mamah temen teteh, sahabat teteh, kakak teteh, teteh bisa main sama mamah." She save me.

Kehidupan Sekolah Dasar gua gak jauh-jauh dari sendiri, pada awalnya. Gua pun bertekad untuk membaur. Mulai belajar berani untuk kenalan dan ngajak ngobrol orang-orang. Dan Alhamdulillah gak ada tanda-tanda sekelompok pembuli. Btw ini ketika gua pindah ke permukiman Kepongpong, kota baru juga. Pertamakalinya ada yang menyapa gua ramah dan ngajak main bareng. Do you know how much I'm happy with this. Tapi ada satu masalah, gua bodoh, pemalas, dan taunya cuma main. Masuk SD gua belum bisa baca dengan lancar, dan masih mengeja, lambat banget. Sampai ada satu ketika dimana walikelas 1 gua mulai bertindak. Gua disuruh duduk di depannya, satu meja sama beliau. Ya, di meja guru depan kelas. Dia ngajarin gua membaca, dengan galak. Gua ketakutan, bahkan mulai benci sekolah, tapi itu berhasil. Cara ampuh buat ngajarin gua pada saat itu, dipaksa, diajarin, dituntun, dan ditemenin. Gua punya masa TK yang tidak menyenangkan, dibayang-bayangin rasa takut, mungkin itulah salah satu alasan gua gak bisa lancar membaca.

Tapi masalah selanjutnya adalah gua tetap bodoh walaupun udah bisa baca. Asli, matematika gua ancur. Gua bahkan pernah dapat nilai pensil di rapot, untung bukan pulpen merah. Kalau ulangan nilai gua gak jauh dari 5, pernah 0 bahkan. Bahasa Inggis, Bahasa Indonesia, dan nilai lainnya. Yang mending cuma Agama. Gua murni bodoh. Alhamdulillahnya mamah dan papah gua gak pernah mukul gua dengan nilai hancur gitu. Tapi itulah salah satu alasan semua orang mandang gua sebelah mata. Gua. Bodoh.

Papah dan Mamah selalu ngajarin gua, nyemangatin gua, sampai mamah selalu bilang "gak ada orang bodoh, yang ada pemalas dan orang rajin. Jadi semua tergantung kita mau pilih jadi orang pinter atau bodoh." Ya, semua manusia terlahir bodoh ke dunia ini, dan tentu saja suci. Gak tahu apa-apa tentang dunia, cuma bisa menangis dan tersenyum. Sama seperti pilihan dasar untuk menjadi pintar, rajin atau malas. Dan perlahan gua mulai belajar. Mengakui bahwa gua bodoh tidak begitu buruk, setidaknya gua berusaha belajar untuk menjadi lebih baik esok hari. Dan ya semua itu ada hasilnya, tidak cepat, butuh waktu yang lumayan lama. Gua berusaha menanjak dengan perlahan, di bantu orangtua gua dan beberapa orang dekat di sekitar, seperti teman. Tentunya guru-guru di sekolah.

Ketika kelas 4 SD prestasi pertama gua keluar, gua berhasil di salah satu TryOut yang diselenggarakan sebuah lembaga bimbel. Gua berhasil berada di urutan ke-3 dari sekian ribu siswa yang ikut, bahkan gak cuma kelas 4 tapi jenjang 4,5,6. Dan semua itu gua dapatkan hasil dari latihan mengerjakan soal sama Mamah. Bayangin hampir setiap weekend gua menghabiskan waktu di dapur untuk latihan soal-soal yang mamah kumpulin. Tentunya dengan segala jenis kue yang mamah buat. Karena mamah gua mulai kerja, jadi gua cuma bisa bareng mamah pas dia libur.  Hari biasa gua bakal sekolah, berusaha mendengarkan yang guru terangin dan gua catat di buku kitab, sebutan gua pada saat itu. Gak lupa dengan mengerjakan PR bareng temen, karena gua tahu gua harus ditemenin dan butuh suasana yang mendukung. Dan tentu saja main. Ya, gua mulai berhasil membaur, berteman dan gak sendirian apalagi ketakutan lagi. Di rumah maupun sekolah, gua punya teman. Tapi orangtua gua mulai sibuk dengan urusan masing-masing, mereka kerja dan jarang di rumah.

Mulai saat itu gua mengerti bahwa mengerjakan soal adalah salah satu cara bisa menaklukkan mata pelajaran yang banyak berurusan dengan angka. Membaca adalah hal dasar yang penting kita punya dan bisa agar bisa mempelajari hal lainnya. Membaca adalah salah satu cara melawan kebodohan. Dan barusaha dan bergerak adalah salah satu cara mengatasi kemalasan. Dan Agama adalah tiang dari semua tindakan-tindakan yang kita ambil, fondasi dasar untuk menghadapi kehidupan.

Lanjut ke kehidupan SMP gua. Mamah berhasil maksa gua dan berusaha mati-matian biar gua masuk sekolah favorit dengan program yang baru pada masa itu. Gua sampai di tuduh lewat jalur belakang hingga gua yang cuma masuk di program biasa tapi ngaku-ngaku program unggulan. Woy sehina itukah aku ini?! Tapi faktanya, gua masuk dengan mengisi nilai donasi terendah dan membayar SPP terendah di sekolah. Bahkan tidak ada di pilihan, mamah gua nekat ngisi sendiri. Karena keluarga gua memang keluarga pas-pasan. Waktu mau daftar guru-guru di sekolah dasar gua sempet kontra, bahkan mamah sampai dipanggil kepala sekolah menanyakan apakah siap dengan segala biayanya. Dan ya, mamah selalu percaya bahwa Allah gak akan mengabaikan kami.

Mulai dengan lingkungan baru, agak jauh dari rumah, bertemu orang baru dan pergaulan baru. Awalnya gak lancar tapi lama-lama membaik dan asik. Yang paling asik dan menantang, gua pernah ikut kegiatan Nasional keluar pulau, tepatnya ke pulau Sumatra. Mamah yang paling semangat gua ikut acara ini, disaat beberapa orangtua ingin anaknya selalu dalam pengawasan mereka, orangtua gua berbaik hati membiarkan gua mulai melihat dunia. Sampai ada waktu ketika gua harus ke menemui orang-orang itu dan mamah mendampingi gua. Saat gua malu-malu buat masuk ke dalam mamah dengan semangatnya membisik ke gua, "Kamu harus bisa ambil sikap, mamah gak selalu ada di samping kamu. Siapa lagi yang bisa kamu andalin kalau bukan diri sendiri." Gua mulai belajar hal baru dari sana, mulai melihat dunia. Terutama Indonesia dengan beragam suku dan kebudayaan. Salah satu pengalaman yang berharga di kehidupan gua.

Ketika SMA, gua mulai benci sama Mamah. Jahat dan durhaka memang. Semua berawal ketika gua mulai sombong dan merasa bisa sendiri. Gua gak nurut omongan mamah ketika gua tes masuk untuk program Akselerasi. Mamah bilang gua harus bawa minum, tapi gua gak mau. Sepele memang. Dan ya, gua ketiduran di test koran. Parah banget, padahal gua udah latihan buat tes yang satu itu. Mungkin kalau gua bawa minum gua gak akan ketiduran dan oksigen di otak gua cukup untuk bikin gua fokus selama test. Yang kedua saat gua ikut salah satu program beasiswa untuk masuk sekolah favorit di kota lewat jalur bakat. Ya semacam itu. Gua gak nurut dan melakukan tindakan sendiri. Kebodohan gua yang lainnya. Sebenernya gua bukan membenci Mamah, gua cuma malu sama Mamah, gua gak nurut dan bikin dia sedih, khawatir dan kecewa.

Tapi Semua itu jalan yang Allah kasih buat menuntun gua ke lingkungan yang terbaik buat gua. Gua bersyukur masuk SMA gua. Sekolah biasa yang terkenal dengan olahraga dan seninya. Akhirnya gua lebih condong ke seni, gua mulai tahu hal-hal baru yang bisa gua pelajarin. Dan tentu saja bertemu orang-orang baru yang juga memperkenalkan gua ke hal-hal baru. Gua suka hal baru. Disini mamah mulai suka dengan apa yang gua kerjain, mamah selalu mendukung gua. Dan mengajari gua hal baru dengan kata-katanya, "Spirit number one!" Gua belajar buat terus semangat cari-cari hal baru dan bermanfaat. Hingga saatnya untuk ke tahap selanjutnya, kuliah.

Gua kali ini nurutin apa yang mamah mau, bidang kesehatan, seperti dirinya. Tanpa gua sadar apa yang sebenarnya gua mau. Gua cuma mau nurut sama mamah, trauma akan kejadian masuk SMA yang penuh lika-liku itu. Tapi ada hambatan lain, Allah bilang bukan, Allah bilang jangan kesitu. Allah menuntun gua ke tempat yang sebenarnya cocok untuk gua, tanpa gua sadari. Hal mendasar yang luput dari pilihan gua, gua suka komputer, mempelajari hal-hal baru, memecahkan teka-teki dan fakta bahwa gua gampang bosan selain duduk di depan komputer berjam-jam dan lupa waktu. Semua itu cocok untuk menjerumuskan diri gua ke bidang IT. Dan Allah menunjukkan jalannya dengan halus. Ini kali pertama gua beneran lihat wajah mamah kecewa berat. Tapi beliau masih berbaik hati mencoba menerima semuanya, walaupun gak mudah. Beberapa kali gua dibujuk buat ke kesehatan dan mulai mengintrogasi apa yang gua mau dengan title anak IT. Dan gua belajar hal baru, bukan masalah kita harus selalu nurut orangtua, karena pandangan berbeda itu wajar bagi manusia. Yang harus kita lakukan adalah menunjukkan kesungguhan kita. Karena orangtua selalu mau yang terbaik bagi anak-anaknya. Kalau memang harus gagal, yasudah, yang penting kita sudah berusaha semaksimal yang kita bisa. Yang penting adalah prosesnya, pembelajaran dari semua hal yang kita lalui itu.

Bukan masalah gua gak nurut orangtua pada saat gua gagal test masuk SMA berulangkali, tapi mungkin memang gua harusnya begitu agar mengerti cara menghargai orangtua dan belajar untuk bertanggungjawab atas pilihan gua. Dan ketika gua nurut aja apa yang orangtua suruh, gua gak serius, tekat gua gak matang maka hambatan lain muncul. Kita harus ingat bahwa nanti, semua pilihan untuk masa depan itu kembali untuk kita, kita yang menjalani. Jadi harus sepenuh hati. Kalau orangtua gak setuju, coba minta ke Allah dan berusahalah untuk menunjukkan pada mereka bahwa maksud kita baik dan kita tahu apa yang kita lakukan. Yang terpenting, JANGAN TAKUT GAGAL ! Kalau gagal, coba lagi, dan ingat setiap orang pernah gagal. Kita gak sendirian. Gagal itu wajar, semakin banyak kita gagal semakin cepat kita sukses, asal kita berhati-hati saat turun dan naiknya. Agar kita dapat selalu berjalan terus. Jika di bawah teruskan untuk menanjak dan jika sedang diatas bersiap untuk turun kebawah. Jangan beri waktu lama di atas atau di bawah, jangan biarkan kita berada di zona nyaman, karena itu akan menjadi penyakit malas untuk diri kita.

Well, lu tau diatas tadi cuma coretan gua. Hal-hal yang gua anggap penting akan selalu gua tulis. Itu cuma sebagian kisah aneh gua. Cuma untuk mengingat bahwa Allah mengirim mamah dan keluarga gua yang lainnya untuk menarik gua dari kegelapan. Menerangi jalan gua kedepannya.

Yaudah gitu aja, semoga ada manfaatnya untuk yang mau baca hehe.


Comments

Popular posts from this blog

Belajar Gambar #1

Ini karya pertama gambar pake teknik arsir, ragu sih bikinnya takut jelek, tapi lumayan juga ternyata hasilnya^^ bikinnya sekitar 3hari-an. Yang paling susah itu pas bikin mata, karna memang butuh ketelitian, ceilah bahasanya.. ehehe :3  Kalo yang ini make teknik arsir juga, cuma yang ini pake pensil warna ngewarnainnya. Tapi matanya kelebaran, ehehe Saya buat gambar ini karna lagi kangen sama seseorang. Sebenernya dibawah tulisan "I miss you!" itu ada tulisan "prat" cuma saya hapus. rasanya aneh kalo ditulis namanya disitu. Kalo anime lovers ataupun otaku pasti tau ini siapa, yap betul KIRITO dari anime SAO. Gambar yang ini itu request dari temen fb, daripada ga ada kerjaan mending gambar aja. Tau ini siapa? mungkin kebanyakan ga tau, saya juga ga tau sih sebenernya. Kalo ga salah ini namanya Giotto dari anime ga tau apa saya juga. ini juga request dari temen fb. Tapi saya paling suka arsiran dibagian dasinya sama kerah. ga tau kenapa lagi bagus

Anak Kecil

Seseorang pernah berkata, " ketika anak kecil melakukan kesalahan, itu bukan sifat aslinya ". Anak-anak belajar dari lingkungan sekitar, hal-hal yang ia lihat dan apa yang diajarkan kepadanya. Jadi ketika kita melihat seorang anak berperilaku buruk, yakinlah bahwa perilaku ataupun sifat itu mungkin bukan sifat aslinya. Ia masih dapat diajarkan dan dituntun ke jalan yang benar. Terimakasih Umi dan Abah telah mengajarkan hal ini pada kami dan percaya pada anak kecil yang nakal itu .

Tentang Novel: Seorang Gadis yang Meminum Bulan

  Hebat bener ya bulan aja bisa di minum haha. Novel fantasi karya Kelly Barnhill ini memang menceritakan tentang gadis yang meminum (cahaya) bulan. Iya yang diminum cuma cahayanya, bukan bulannya yang dihabisin. Ini kisah tentang Luna yang berteman dengan kebohongan, mencari apa yang ia tidak ketahui dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Juga tentang rakyat yang penuh penderitaan karena sebuah pengorbanan. Btw buku ini gue pinjem, dan kata yang punya buku, "gue gabisa bayangin monster-monsternya". Temen gue ini penggemarnya buku-buku fantasi dan aneh aja ketika gue dengar dia ngomong begitu. Karena waktu itu gue lagi suntuk banget dengan bacaan berat, akhirnya gue tetap nekat pinjam. Bodoh amatlah, bingung ya bingung deh. Yang penting gue butuh pengalihan dari buku-buku aneh--tapi butuh-- disekitar gue. Dan gue gak nyesel pinjem buku ini. Ternyata gak begitu buruk, mungkin karena gue gak mikirin banget gimana bentuk makhluk-makhluk yang ada di cerita. Gue memilih menikmati a