Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Tentang Novel: Pulang (bukan cuma tentang tempat)

since February 2016 "Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya." Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit. - Haiho... Yaampun berapa lama gak nulis, berapa lama ga menjelajah diantara aksara, juga berapa lama mau bahas buku ini tapi males.  Dan akhirnya nulis juga, mulai menjelajah lagi, masih pegang buku Tere Liye pula. Tapi bukan yang ini. Yang baru terbit bulan kemarin, pada tahu dong ya. Kalo engga juga terserah sih, hehe. Sebenarnya Pe punya buku ini dari Februari kemarin. Awalnya iseng dan gak tau mau beli novel apa. Pas banget lagi butuh hiburan karena setres mau UN. Akhirnya malem-malem nekad di temani adik tercintah*eohaha  ke Gramed dan asal ambil buku. Berhubung hujan dan udah di tunggu Papah juga waktu itu.  Awalnya nyesel ini buku kayak

Cerita Aneh dengan Bumbu Filosofi

Akan aku ceritakan sebuah kisah yang kembali dimulai dari akhir Juli hingga awal Agustus sekarang. Jikalau Socrates bisa diibaratkan wanita. Maka akan ku jadikan Plato sebagai lelakinya. Jangan lihat umur disini. Karena kisah ini akan sedikit tak masuk akal. Aku memilih kedua tokoh ini karena posisi kami sedang sama-sama menyukai buku karya Jostein Gaarder yang sudah menjadi best-seller internasional, "Dunia Sophie". Tapi aku rasa kali ini kau tak akan bisa memakai bekasanku lagi. Kau harus membelinya . Sebagaimana yang digambarkan dalam buku tersebut, Socrates adalah seorang filosof paling unik yang menyampaikan gagasannya dengan berbincang-bincang dengan orang-orang yang ada di taman kota. Hingga membuat banyak orang terpojokkan dan kesal akibat tingkahnya. Sekarang keluarkan Socrates dari dalam buku. Socrates versiku ialah sosok wanita aneh yang menarik perhatian Plato karena kegemarannya. Plato selalu memperhatikan ketika Socrates memulai pembicaraannya dengan bebera

Tentang Film: Rudi Habibie (Solusinya, Aku Cinta Indonesia)

Bacharuddin Jusuf Habibie - Reza Rahardian Dari SD, waktu disuruh tulis tokoh yang menginspirasi saya selalu nulis "B.J. Habibie". Saya suka beliau karena cerita-cerita dari Papah. Dulu Indonesia pernah menghina beliau, dan beliau tetap mencintai Indonesia. Hingga akhirnya memilih bekerja di Jerman karena orang-orang Indonesia terlalu tanda kutip. Sampai pas ada filmnya yang pertama saya pernah menghina Indonesia begini. "Dulu pas lagi nanjak di hina, dilemparin batu. Giliran udah berjaya di luar, di sanjung-sanjung dan mengakui dia warga Indonesia.(terus saya ngeluarin kata yang gaenak untuk Indonesia)", terus Papah bilang gini, "yang salah bukan Indonesianya, tapi pandangan masyarakatnya yang belum mengerti." Bukan salah negara jika seseorang dikucilkan. Bukan salah tanah jika seseorang ditendang. Bukan salah siapa-siapa. Memang mungkin jalannya harus seperti itu kata Allah. Allah adalah pembuat skenario terbaik. Dan kalau dulu Habibie gak

Tentang Film: Finding Dory (Kept Swimming Kept the Spirit)

TELAT BANGET WOY!! Waktu bulan puasa kemaren aku sama yang lain nonton ini. Tadinya mau ngeblog dan berbagi disini. Tapi kesibukan jadi susah buka laptop. Iya ini telat banget aku tau. Tapi yaudahlah daripada gak sama sekali kan ya. Awalnya kami mau nonton Star Wars. Tapi salah satu temanku ngotot mau finding Dori. Akhirnya karena kita telat dan kehabisan tiket, jadi nonton Finding Dory. Kalau kalian yang gak terlalu suka kartun dan merasa gak penting film kayak gini, pasti mikir, "Apa sih buang-buang duit nonton kartun." Temanku juga ada yang bilang gini. Tapi karena aku memang penggila film, apapun itu. Jadi yowes woles ae. Ikan kecil yang memiliki keanehan. Tapi dia selalu optimis. Terus berenang meski gelap, arus deras, sendirian. Dia tetap kept swimming. Kept the spirit. Itu yang saya pelajari dari ikan biru kecil bernama Dory. Saat Finding Nemo maupun saat Finding Dori--dirinya sendiri-- banyak hal yang saya pelajari dari pribadinya. Saya juga ter

Tentang Film: 99 Cahaya di Langit Eropa (Hai masalah besar, aku punya Tuhan yang lebih besar!)

Judulnya terlalu biasa ya? Mau bagaimana lagi, saya rasa judul inilah yang akan saya ceritakan kali ini. Tentu kalian sudah pernah mendengar kata-kata diatas. Ya, itulah judul film yang pernah menghiasi Indonesia, khususnya bagi orang muslim yang ingin menyaksikan film ini. Awalnya saya kurang berminat. Alasannya sangat klasik. Saya malas membuang uang untuk menonton film seperti itu. Terkesan sarkastikkah? Beberapa hari yang lalu, Adik saya menanyakan pada saya. "Teh punya film islami ga?" Kebetulan dia sedang mengikuti 'Pesantren Kilat' di SMPnya. Karena kebetulan aku tidak mengoleksi film seperti itu, maka ku suruh ia membeli kaset. Memang sih sayang uangnya, lebih baik mendownload. Tapi aku sedang malas karena ada target menulis untuk bulan depan. Akhirnya adikku membawa pulang kaset 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan part 2. Dia memaksa agar aku menonton bersamanya, tapi Aku sedang ada target menulis, jadi aku tolak ajakkannya. Esok harinya dia berce

Kebetulan

Kita pernah sedekat ini sebelumnya, saat kita disatukan dalam sebuah kebetulan yang mengharuskan kita bersama. Tak pernah ada di fikiranku rasa untuk mencintaimu, aku tak mau. Tapi kebetulan yang tadi memaksaku terus tersenyum dengan bayangmu. Kejadian memalukan yang seharusnya tak kau tahu dan tak kau dengar, membuat pembatas jarak antar kita. Kegelisahan mulai menghantuiku. Bagaimana sikapku saat kita harus bersama dalam semesta walaupun sementara. Apa aku sanggup berdampingan denganmu, dengan kamu yang terpaksa. Apa akan ada lagi kebetulan yang memaksa kita tersenyum berdua. Sebelum aku sadar semua ini menyenangkan, kata sudah lebih dulu memberitahukanmu untuk menjauh dariku. Seharusnya aku senang, tapi aku tak bisa tenang. Apa yang harus aku lakukan. Diam disini dan menunggu kebetulan selanjutnya, atau mulai mendekat dan bertingkah seperti kebetulan sebelumnya, yang mengharuskan kita bersama.

BERANI menulis

Menulis itu tentang keberanian. Keberanian mengungkapkan ide yang ada dalam fikiran. Keberanian membagikan pengalaman atau hanya sekedar khayalan. Juga keberanian untuk mempertanggung jawabkan apa yang tertuang. Sederhana adalah awal dari sesuatu yang bermakna. Menulis itu butuh kesabaran untuk berkembang menjadi yang lebih baik. Lebih sering menulis maka akan semakin paham apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya menjadi lebih baik. Langkah awal yang harus di tempuh seorang yang ingin menjadi penulis adalah BERANI. Berani melihat lembaran kosong, lalu mulai menghiasinya dengan deretan alphabet yang disusun secantik mungkin. Tentunya seorang penulis yang baik harus memperhatikan EYD yang sesuai dengan ketentuan. Tapi itu akan mengikuti seiring berjalannya pengalaman menulis. Yang paling utama adalah BERANI. Jadi, sudah beranikah Anda memulainya?